Konsep Agama Menurut Serveli Radhakrishnan Dan Relevansinya Dengan Kehidupan Saat Ini
Artikel(Oleh: Runoldus Yoseph Ndoa. Mahasiswa Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang)
Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan seiring perjalanan dan masanya. Ada banyak hal yang terjadi yang mengiringi setiap perjalanan dan masanya itu. Manusia adalah sasaran dari setiap hal yang ada dan yang terjadi itu. Sudah menjadi suatu kepastian bahwa semua peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan manusia, ada dan terjadi dalam dua unsur atau dua hal yaitu yang saling berhubungan atau yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya ada kebaikan ada pula keburukan, ada kehidupan ada juga kematian, dan ada penerimaan dan penolakan dan lain sebagainya. Berhadapan dengan kedua unsur ini manusia berusaha untuk memilih dan melakukan yang terbaik bagi hidupnya. Untuk itu mamnusia berusaha berelasi dengan alam, sesama dan Tuhan. Dan melalui kerja, baik secara fisik maupun pengetahuan akal budinya manusia berusaha melakukan yang terbaik untuk menata alam dan dunia ini. Itulah hubungannya dengan alam yang dibuat lebih manusiawi, manusia memprodusir dirinya sebagai manusia. Dan dalam hubungannya dengan sesame atau orang lain, manusia memprodusir dirinya sebagai ens sociale, makhluk bermasyarakat. Dan dalam hubungannya dengan Tuhan manusia berusaha mencapai kesatuan dan keselamatan dengan segala cara dalam kekurangan.
Berkaitan dengan tiga hal ini manusia mengambil langkah bahwa ada satu hal yang bisa menjembatani relasi setiap individu dalam hubungannya dengan alam, sesama dan Tuhan. Maka agama adalah salah satu pedoman dan jalan yang dipilih manusia sebagai penuntun bagi kelangsungan hidupnya dalam membangun relasi dengan Tuhan, sesame dan alam.
Salah satu tokoh yang menyumbangkan idenya tentang apa itu agama adalah Sarveli Radhakrishnan. Salah satu proyek Radhakrishnan adalah tugas untuk mengola suatu filsafat agama yang memuaskan. Tugas filsafat agama adalah untuk mengembangkan sebuah teori tentang kodrat benda-benda di dunia, tentang self dan tentang dasar terakhir dari benda-benda dan self.
Radhakrishnan melihat teologi, dogma, ritus dan institusi-institusi sebagai elemen sekunder dan bukan sebagai hakikat satu agama. Hakikat agama adalah usaha untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan ideal hidup manusia. Pencarian terhadap kemungkinan-kemungkinan ideal itu bersifat personal dan harus melibatkan seluruh pribadi. Pengalaman yang melibatkan hanya satu aspek saja dari seorang, seperti perasaan, pikiran, dan kehendak, tidak bersifat religius. Substansi dan esensi agama menurut Radhakrishnan adalah pengalaman akan kehidupan Roh ketika ia menggabungkan bersama-sama self dan unsure lain dalam suatu keseluruhan yang lengkap dan sempurna.
Melihat pandangan dari Radhakrishnan tentang substansi dan esensi agama dengan kenyataan sekarang, agama hanyalah sebuah meterai yang di kenakan pada setiap pribadi yang percaya atau yang mengakui dirinya beragama. Karena tidak setiap pribadi manusia sekarang ini mampu menjalani hakikat dan esensi dari agama. Dan itu terlihat dari setiap pengalaman kehidupan dari setiap pribadi yang mengakui dirinya beragama.
Manusia tidak sepenuhnya bisa menggabungkan Roh dalam pengalaman kesehariannya bersama dengan diri dan unsure lainnya dalam keseluruhan yang lengkap dan sempurna. Tetapi manusia selalu berusaha untuk mencapai itu. Dan semakian manusia berusaha untuk mencapai kesempurnaan sebenarnya manusia sendiri yang berusaha untuk menjauhkan diri dari kesempurnaan itu. Karena untuk mencapai hal ini manusia tidak menggunakan semua unsure sebagaimana yang dikatakan diatas tetapi terkadang manusia mengandalkan hanya satu unsure saja yaitu kemampuan akal budi. Sehingga segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia melalui akal budi dan tidak dengan unsure Roh tidak mampu mencapai hasil yang sempurna dan lengkap. Selalu ada kekurangan dan masalah serta dampak yang memberikan dampak yang tidak diinginkan oleh manusia. sehingga selalu ada kebaruan dan pembaharuan dalam setiap pengalam hidup manusia dan disetiap zamannya.